Sssstsss....coba dengar
baik-baik, seperti ada yang mengetuk pintu kamarku. Aneh...bukannya semua orang
sudah tidur?
Tok...tok...tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu itu semakin keras.
“Iya sebentar...” aku melangkah sambil menguap lebar. Kulirik
sekilas jam di dinding kamar. Tepat jam 12 malam.
Dan...
Rasa kantukku hilang seketika saat tak kutemukan satu pun
orang di depan pintu. Semoga ini hanya halusinasi, gara-gara tadi aku
kebanyakan makan nasi sambal terasi. Ah aku benci ini, sebuah adegan seperti di
kebanyakan film misteri. Menemukan sebuah surat tanpa identitas tergeletak
pasrah di depan pintu kamar ini. Kalau aku ambil surat itu, jangan-jangan nanti
suratnya bakal lari karena ditarik benang transparan seperti adegan film
animasi. Atau surat itu bisa saja akan berubah menjadi emas, karena ternyata
sentuhan tanganku punya kekutan magis.
Sudahlah. Segera kuakhiri liarnya imajinasi ini,
sebelum si pengantar surat datang lagi dan membuat semakin ngeri***
“Dear Rifka...
Pernahkah kau membayangkan menjadi
sebuah dinding? Sejatinya fungsi dinding adalah sebagai pembatas bukan? Pemisah
antara bagian luar dan bagian dalam. Tapi, pernahkah kau membayangkan ada
dinding yang berbeda? Mempunyai fungsi yang benar-benar tak seperti biasanya. Dia
sebagai pelebur batas antara yang junior dengan senior, yang belum tahu dengan
yang lebih tahu, yang pasif dengan yang aktif. Ya...itulah aku.
Aku adalah sebuah dinding di rumah
maya yang menamakan dirinya BAW.
Jangan terkejut seperti itu. Aku
yakin kamu tahu bahkan sangat tahu apa dan seperti apa BAW itu. Tapi baiklah
akan kembali kuceritakan tentang sebuah rahasia di rumah penuh cinta itu.
Mereka menamakan diri mereka BAW
kumpulan orang-orang yang mempunyai satu mimpi yang sama menjadi seorang
penulis (Be A Writer). Kau
masih ingat bunda Leyla Hana, Riawani Elyta, dan Shabrina WS? Ya...benar, para
penulis produktif itu, penulis novel Cinderella Syndrome, Yang Kedua, Always Be
in Your Heart dan banyak buku-buku hebat lainnya. Merekalah para guru di rumah
penuh inspirasi itu.
Seperti yang aku ceritakan
sebelumnya, bahwa aku berbeda. Dari dinding ini semua batas itu tak ada. Para
penuis-penulis senior itu, penulis dengan tumpukan karya yang luar biasa
jumlahnya mau duduk bersama berbagi ilmu yang mereka punya dengan penulis
pemula. Padahal tidak sedikit diantara mereka yang belum pernah bertemu di
dunia nyata. Semua sudah seperti saudara, bukan lagi seperti guru dengan
muridnya. Benar-benar tak ada sekat yang membedakan, tak ada senioritas. Semua melebur
jadi satu. Hangat, tulus, berbagi semangat setiap hari.
Seperti layaknya rumah yang juga
mempunyai peraturan. Disana juga sama, setiap hari ada jadwal, tugas yang harus
mereka selesaikan. Seperti “Diary Day” setiap senin, “Sharing Day” setiap
selasa, “Blogging Day” setiap rabu, “ Promo Day” setiap kamis, “Review Day”
setiap Jum’at, “Bussiness Day” setiap Sabtu, dan “Free Day” setiap Minggu. Jadwal
padat yang membuat mereka semakin dekat.
Oh ya...aku yakin kau masih ingat
saat kecil mungkin kau pernah melakukan ini. Mencoret-coret dinding rumahmu. Sebagai
ungkapan atau bentuk ekspresimu, benar bukan? Kupikir hampir semua anak kecil
melakukan hal itu.
Dan ya...aku pun seperti itu. Di rumah
BAW dindingku selalu penuh, dengan banyak goresan-goresan dari para penghuni
BAW. Mungkin karena mereka punya satu kesamaan, yaitu menulis, hingga seolah
tak ijinkan ada celah di dindingku yang kosong. Sehingga mereka terus saja
menulis, membuat goresan dan tinggalkan jejak di dindingku.
Kau mau tahu apa saja yang mereka
tulis?
Banyak hal. Mulai dari saling sapa,
sekedar membuat celetukan yang mengundang tawa hingga yang paling serius,
berbagi ilmu dengan seluruh anggotanya. Tapi satu yang membuatku begitu
terharu. Pernah ketika itu, mereka dengan semangatnya ikut membantu saudara-saudara
kita di Palestina. Membuat lelang kecil-kecilan, menjual buku, gamis, atau apa
saja yang mereka punya (bahkan menjual penggorengan) demi niat tulus mereka
membantu saudara-saudara di Palestina.
Dan tentu saja, karena mereka
adalah penulis, hal yang paling membahagiakan adalah ketika karya mereka
diterbitkan. Ungkapan kegembiraan akan mewarnai dindingku sepanjang hari bahkan
hingga minggu-minggu berikutnya. Mereka mengajarkanku satu hal, bahwa ternyata
memang benar mendapatkan kebahagiaan itu sangat sederhana, ketika kita melihat
sahabat kita bahagia atas prestasi yang telah dicapainya kita juga akan
merasakan kebahagiaan yang sama. Dan aku tengah dan yakin akan terus merasakan
kebahagiaan itu. Ketika satu per satu dari penghuni rumah cinta itu mencapai
prestasinya, mencapai mimpinya dan terus mau berbagi, meninggalkan jejak di
dindingku.
Apa aku bilang sudah menceritakan
sebuah rahasia? Sepertinya belum sepenuhnya ya...
Seperti yang aku bilang di awal ada
juga penghuni yang pasif, yang hanya berani menitipkan jempol dan tawanya. Dan akhirnya
pada hari yang penuh kebahagiaan seperti biasanya, dia mau mencoret dindingku, pada
hari senin sesuai jadwal, menulis diary day. Dan yang lebih membuatku
tercengang adalah dia mau menulis semacam review di hari jum’at. Ya dia
menyebutnya semacam review, karena memang sebuah review yang amat sederhana.,
mengingat pernah diungkapkannya bahwa dia tak pandai menulis apalagi menulis
sebuah review. Di akhir coretannya itu
tertulis...
“...sampai
jumpa di waktu dan tempat yang lebih indah :) “
Tak
ada yang menyangka bahwa itu adalah kalimat perpisahan darinya. Aku juga. Setelah
itu, dia tak pernah lagi meramaikan dindingku ini. Tidak ada lagi jempolnya
bertebaran di dindingku. Hingga aku terlambat sadar, ternyata dia benar-benar telah
meninggalkan rumah inspirasi ini. Entah apapun alasannya, aku kini
merindukannya. Merindukan jempol mungilnya tersebar di setiap sudut dindingku.
Aku
ingin mengatakan satu hal pada dia, seorang perempuan yang kuyakin masih punya
mimpi yang sama seperti penghuni BAW lainnya.
“Mungkin benar, namamu belum
tercatat dideretan penulis besar negeri ini, tapi bukan berarti kau harus
tinggalkan rumah ini. Bukankah kau pernah bilang rumah ini nyaman untuk ditinggali? Bukankah kau pernah bilang rumah ini begitu menginspirasi? Bukankah kau juga pernah bilang sehari saja tak pulang membuatmu rindu setengah mati? Apapun alasanmu pergi tuk sembunyi...nanti saat kau telah siap, saat kakimu telah mampu
berdiri lagi bahkan berlari, kembalilah ke rumahmu ini. Kembali berjalan
bersama kami, kembali mengejar mimpi, menuju pelangi...menjadi penulis penuh
inspirasi...”
Yang
merindukanmu diam-diam
Dinding
BAW
Nb:
hei... sekarang ada Bunda Afifah Afra juga di BAW ( Kalau nggak percaya intip aja http://bawindonesia.blogspot.com/ )
Jadi,
apalagi yang membuatmu untuk tak kembali? :)”***
Jangan
tanya seberapa deras air mataku mengalir. Ada rasa yang menyusup halus dalam
dada, sedikit menyesakkan, berat, sebuah rasa yang akhirnya kusadar bernama
kerinduan. Aku rindu rumah maya-ku itu. Rindu ketika setumpuk notifikasi
dari BAW berebut masuk di akun facebook-ku.
Ah
bodoh sekali aku sampai tak sadar telah melewatkan kesempatan itu. Berada satu
atap dengan penulis-penulis produktif seperti mereka. Menyerap gratis ilmu dan semangat
menulis dari mereka.
Masihkah mimpiku sama?
***
Fabiayyi ala i rabbikumaa tukadzi ban
(Maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Sayup
kudengar ayat cinta itu dilantunkan, saat kusadari wajah ini basah. Ah...mimpi
itu kenapa terasa begitu nyata.
Benar,
Allah telah tunjukkan jalan untukku meraih mimpi kecilku. Membukakan pintu
rumah BAW untukku, agar aku tinggal dan menyerap ilmu menulis di rumah cinta
itu.
BAW
aku kembali, dan tak akan pergi lagi. Masih berharap dan terus berharap akan
menjadi penulis seperti penghuni BAW lainnya. Semoga...
Bunda...ayem redi kambek lagi ;)
Sent...Bunda Leyla BAW
***
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway BAW
wow :) lain dari yang lain :0
BalasHapushehehe yang ini paling ngaco ya mbak hihihihihi :D
Hapuspenulisannya unik !
BalasHapuskerennnnn >.<
hihihihihi...
Hapusmakasih :)
Terima kasih atas tulisan GA BAW, Rifka.. suksess selalu :D
BalasHapussama-samaaaaaaaaaa... :D
Hapussukses bareng BAW... aamiin :D
sukses terus yaaaa,
BalasHapussalam kenal
nama kita sama-sama rifka :p
wowowowo...
Hapushalo Rifka :D
#agak aneh manggil nama sendiri hahahaha :D
welcome back to baw :-)
BalasHapusmakasih Bunda ^_^
Hapus